Thursday, November 13, 2008

'si Pembuat Pengaruh Paling Besar'

Apip Iping April

Ketika tema ‘seseorang yang paling berpengaruh dan membuat hidup saya seperti sekarang’ nama dialah yang paling pertama terlintas. Sosok yang ga akan ada habisnya kalo diceritain. Tema tentang dia selalu paling seru dan penting. Saya melihat sosoknya adalah sebagai seorang pria berusia 46 tahun yang makin menipis rambutnya tapi selalu positif menyikapi sesuatu.

 

Dia sering bikin lomba joget di rumah

Dia tergila gila sama Cut Keke (kebayang dong pas di infotaiment Cut Keke cerai dia yang paling girang. Dih aneh banget!)

Dia pernah nyuruh anak gadisnya ini manggil dia “OM” di depan suster cantik saat dia dirawat dirumah sakit.

Dia otoriter. Keputusannya mutlak. Contoh keotoriterannya adalah dalam menamai anak ( pernah nyaris menamai calon anak yang dikira cowo dengan nama : Hanifawwa maa ana minal musyrikin –doa pembuka solat.atau aydith yang mana orang gampangnya : aidit. Sukseslah dia disangka pro PKI. Si aidit ini bayi perempuan murni pula)

Dia pernah bilang kalo saya anaknya yang paling nurut. (akhirnya lupa juga kejadian smp nyaris dikeluarin dulu,hihi)

 

 

Oke.

Saya bukannya mau cerita banyak tentang keanehan ayah saya. Tapi saya harusnya bercerita bahwa, kehidupan keras yang pernah ayah saya alami bahkan mungkin sampai sekarang, selalu menginspirasi saya. Cara pandangnya terhadap hidup, cara dia mendidik anak-anaknya dan cara dia menanamkan apa yang dinamakan ‘iman’ yang paling mendasar, cara menyayangi keluarga, membuat saya merasa tidak pernah menyesal dan selalu bangga mempunyai ayah seperti dia.

 

Dari saya dan adik saya masih kecil (sekarang juga masih banyak yang kecilnya sih) dia selalu menanamkan impian impian yang menarik.

“papah pengen nanti neng punya kebun buah 50 hektar…kalo si dede bikin rumah sakit biar papah ga usah bayar dokternya,” (with sundanese tentunya)

atau

“ kamu jadi penulis aja, neng. Nanti papah cariin calon suami bos penerbit,”

(aaaah ko lama-lama bapakku nampak freak ya?)

that’s why dalam list cita cita masa kecil saya tidak pernah ada kata polwan, guru atau dokter. Apalagi PNS. :D

 

Ketika bu anita bilang bahwa orang tua tidak pernah menyuruh anaknya menjadi apa yang mereka inginkan, tetapi dia mendukung bakat anaknya, saya sadar akan suatu hal. Sampai SMA, Ayah saya mengarahkan saya untuk selalu menulis apa aja. Dari situ saya baru ngeh, bahwa hari-hari masa kecil saya dipenuhi dengan menulis. Bahkan sampai sekarang. Dari mulai berbentuk diari hingga harian digital.

 

Satu-satunya hal yang paling bertentangan adalah ketika dia menyuruh saya masuk jurusan farmasi karena dia pengen anaknya punya apotek sendiri. Tapi saya coba nurut..dan akhirnyaa…GOOOAGAAL! Ituah kegagalan yang paling patut dirayakan. Gantinya, saya masuk Periklanan! And here is I almost find my next goals…

I don’t know.

 

Tapi yang paling jelas, saya berdiri sebagai perempuan disini adalah hasil dari apa yang telah ayah saya tanamkan selama 22 tahun yang lalu.

(Dengan improvisasi lingkungan tentunyaaa)

1 comment:

Anonymous said...

nicholas:

we suka ma kata2 lo ini...